Saturday, April 17, 2010

REFLEKSI DI HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Mencobalah untuk membaca karya orang, memahaminya, menyimpulkan dan akhirnya menirunya
SMP NEGERI 1 ENOK DAN HARI PENDIDIKAN NASIONAL

Bulan Mei merupakan bulan yang berkaitan dengan dunia pendidikan Indonesia. Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan Indonesia yang telah mendirikan Tamansiswa sebagai lembaga pendidikan partikelir yang bertujuan untuk memajukan pendidikan Indonesia. Pada kontek masa itu pendidikan harus bisa dilakukan dengan semboyan " ING NGARSO SUNG TULODHO, ING MADYO MANGUN KARSO, dan TUT WURI HANDAYANI. Falsafah pendidikan dalam bahasa Jawa Inggil sampai sekarang masih bisa kita terapkan dan kita terjemahkan dalam kehidupan sehari - hari di berbagai sekolah.

Hari Pendidikan sebagai momen hari bersejarah perlu digunakan Guru sebagai refleksi apa yaaang telah dilakukan selama ini dalam dunia pendidikan. Guru sebagai ujung tombak penndidikan , apa yang sudah kita buat untuk Pendidikan ? atau hanya sekedar kerja dan dapat Gaji ? Pragmatis / Idealis ? pertanyaan atau soalan yang menggelitik Kita sebagai Guru dan tenaga kependidikan. Sangat disayangkan guru sampai hari ini bila tidak terus mengembangkan dirinya untuk mengikuti perkembangan IPTEK yang begitu cepat dan tanpa batas. Salah - salah guru akan ketinggalan kereta , sementara siswa didik makin kencang saja dalam mengupdate IPTEK melalui perkembangan dan penggunaan INTERNET.

SMP NEGERI 1 ENOK, sebagai bagian dari lembaga pendidikan di tingkat kecamatan terdapat beberapa tenaga pengajar yang sudah menguasai tehnologi Internet yang bisa digunakan dalam praktek belajar mengajar walau masih terbatas dan bersifat mandiri alias modal sendiri. Sebagai Guru kita tidak akan puas dengan keadaan yang ada. Pendididikan sangat beragam dalam tantangan dan hambatan yang terus menyertai dalam proses belajar mengajar di lokal, mulai dari tenaga pengajar, fasilitas serta sikap apatis guru terhadap IPTEK yang tidak sepatutnya ada pada Guru.

Guru yang sekarang adalah Guru yang kreatif, tidak GAPTEK, suka menulis dan hobbi membaca serta demokratis di kelas, bukan Guru malu (Masa Lalu) yang cenderung tidak demokratis dan tidak memberi kebebasan kepada siswa. Kebebasan terus kita kembangkan dalam bingkai pendidikan yang agamis dan beretika. Hari pendidikan merupakan kaji ulang Guru untuk mengulas pekerjaan dan pengabdian pada dunia pendidikan sudah patutkah kita sebagai Guru .....

Ini adalah resiko Guru harus dihadapkan pada kenyataan bahwa, bahwa Guru sekarang bukan sebagai sumber pengetahuan utama ada banyak sumber lain yang bisa didapat untuk memperoleh pengetahuan.Kita tidak akan menyerah dengan keadaan , situasi sekolah dan fasilitas sekolah, kalau Kita mau dan terus mengembangkan diri maka kita akan menjadi Guru Sekarang .






2 komentar:

Koeshariatmo said...

salam kenal pak

saya sangat setuju bila guru harus dituntut untuk terus belajar.

Kalau Guru tidak mengikuti perkembangan teknologi, bagaimana nasib murid-muridnya?

ideguru said...

Waduh...waduh..pak Wiyono ini aslinya mana tho. kok jawanya fasih gitu. artikelnya bagus pak...terus semangat pak ya..link sudah dipasang