Friday, December 04, 2009

PENDIDIKAN ANAK

PENDIDIKAN ANAK

Berhatilah – hatilah masalah anak – anak yang telah diamanatkan oleh Allah SWT kepada kita,sesungguhnya kita bertanggung jawab terhadap baik buruknya pendidikan anak-anak. Karena itu kita semuaberkewajiban mendidik anak – anak kita masing – masing, agar menjadi anak yang shaleh. Mendidik memang harus disesuaikan dengan cita –cita orang tua, sebab orangtua merupakan lambang pendidikan yang primer. Sudah barang tentu dalam mencapai cita –cita ini orang tua harus berusaha mempengaruhi dalam perkembangannya sehari –hari. Orang tua sebagai pendidik, harus bergaul dengan anak, mengontrol agar perkembangan itu selalu mengarah kepada yang baik – baik saja.

Rasululah bersabda : ”setiap kelahiran (anak yang dilahirkan) dilahirkan dalam keadaan suci. Hanya kedua orang tualah yang mencetak anak itu menjadi Yahudi, atau Nasrani, atau menjadi Majusi”

Anak adalah tunas bangsa yang masih hijau, dan kelak akan menjadi dewasa yang tampil sebagai tulang punggungnya, atau dasar pondasinya yang kokoh, bila kepadanya diberi bekal akhlak yang luhur, kepribadian yang tinggi, ilmu pengetahuan yang luas yang berguna bagi bangsa dan negara.

Pendidikan merupakan masalah utama, besar nilai dan harganya. Anak itu merupakan amanat Allah kepada keluarganya maupun orang tuanya. Pendidikan yang baik akan menumbuhkan dan menyuburkan perkembangan jasmani dan rohaninya yang sehat. Jika pendidikan anak ditelantarkan begitu saja, maka Ia akan menjadi manusia yang celaka, membinasakan orang tua dan merusak masyarakat. Setiap masyarakat dan terutama orang tuanya, akan memikul beban tanggung jawab dan kelalaian mereka dalam mendidik anak – anak.

Pendidikan merupakan penanaman bibit kepribadian dan benih – benih akhlaknya yang luhur kepada jiwa pada anak, menyirami air petunjuk dan memupuknya dengan nasehat yang baik sehingga akarnya tertancap kedalam lubuk hati yang dasar, dan dapat membuahkan hasil yang berguna bagi dirinya, keluarganya, masyarakat , agama , bangsa dan negara.

Pendidikan itu harus diarahkan kepada agama yang suci. Akhlak itu yang tinggi, serta kepribadian dan keluasan ilmu pengetahuan, disamping kesehatan jasmani dan rohaninya, atas dasar memberi keteladanan, menumbuhkan kepercayaan dan kebebasan. Jangan sampai pendidikan anak – anak sejak kecil sudah mulai ditakut takuti, ditekan, dan dibelenggu jiwanya. Sebab kita sudah tahu bahwa anak – anak itu laksana lilin halus yang dapat menerima coretan, atau kamera yang menangkap seluruh gambar di depannya.

Pengalaman anak di dalam keluarga, di sekolahnya, dan di lingkungan masyarakat akan tetap melekat dalam jiwanya sehingga hal itu semuanya akan melekat menjadi watak dan kepribadiannya yang tidak mudah terhapuskan.

Terutama setelah anak itu menginjak masa pubertas, maka tugas orang tua harus berhati – hati karena sesuatu tidakan yang terlanjur salah akan membekas dan mempengaruhi kejiwaannya.

Begitu tagas dan kewajibannya orang tua dalam mendidik si anak, maka tidak kurang beratnya tugas – tugas Guru di sekolahnya, dimana mereka dituntut untuk mengenal sedikit dan faktor –faktor psyichologis serta watak – watak yang dibawanya masing – masing. Disamping dai kedua fihak (rumah dan sekolah) maka pertanggung jawaban atas pendidkan anak juga terpikul di pundak masyarakat dan lingkungannya, sebab anak itu anggotanya menentukan bentuk masyarakat dimana Ia hidup.

Kehidupan generasi muda merupakan cermin kehidupan rumah tangga, sekolahnya dan masyarakatnya (trilogi Pendidikan) yang berfungsi sebagai penanggung jawab pendidikannya. Ketiga –tiganya merupakan penmentu dalam menciptakan bangsa yang dicita-citakan bersama

Pendidikan merupakan persiapan generasi muda, dalam kecakapan dan dalam membuat mereka menyadari tugas serta kewajiban hidup mereka. Melalui pendidikan, suatu bangsa menyalurkan warisan intelektualnyanya , kepada generasi pengganti. Lewat pendidikanlah kebudayaan mengabdikan dirinya. Dengan proses itu , latihan mental, phisik dan moral diberikan yang bertujuan untuk membentuk manusia yang berguna, cakap melaksanakan tugas dan kewajiban mereka sebagai manusia dan warga negara yang baik.

Pendidikan adalah membentuk sifat yang baik, dengan cara menanamkan kebiasaan atau penghayatan yang membawa sifat atau kesadaran tertentu, yaitu dengan menyuruh dan menggerakkan untuk mengerjakan perrbuatan tertentu berulang kali, sehingga menjadikebiasaan. Kebiasaan inilah yang membentuk sifat. Dan kebulatan dari sifat-sifat membentuk kepribadian.

Rasullulah bersabda : perintahkan anak melakukan sholat, apabila telah mencapai usia tujuh tahun. Kalau sudah berumur sepuluh tahun, sedangkan anak itu tidak melaksanakan perintah maka pukulah dia”

Apakah maksudnya kita dituntut agar memerintahkan anak yang masih kecil itu untuk melakukan sholat? Maksudnya agar anak itu terbiasa

, sehingga ketika kelak sudah baligh, sholat itu telah merupakan kebiasaan yang sulit ditinggalkan.

Begitu pula bagi pendidik-pendidik baik yang lain, seperti pendidik untuk hidup sederhana, kasih saya terhadap sesama, hormat kepada orang tua, ramah tamah kepada tamu, mendorong orang lain, sedekah pada fakir miskin, memuliakan ulama dengan dan sebagainya, haruslah mulai dibiasakan sedini mungkin.

Sebaiknya kita juga membuktikan, apabila sejak kecil anak dimanjakan, dibiasakan hidup boros, sombong maka kelak setelah dewasa bahkan sampai tua sifat jeleknya pada waktu kecil akan terus dibawa. Karena itu, tidak aneh kalau kadang – kadang kita menjumpai seorang ayah yang baik, suka merendah dan belas kasih terhadap sesama tetapi anaknya pencoleng yang angkuh dan kejam. Ini semua karena kelalaian orang tua juga.

Allah berfirman ”dan adapun anak muda itu, maka kedua orang tuanya adalah orang-orang mukmin dan kami kawatir bahwa dia akan mendorong keduannya orang tuanya itu kepada kesetanan dan kekafiran”.

Marilah kita lebih memperhatikan pendidikan anak anak kita. Apabila sekarang ini, pengaruh negatif dari kebudayaan luar semakin meluas.

Semoga Allah yang maha Kuasa berkenan memberikan kepada kita semua, anak cucu yang shalih dan shalihah.

”hai orang-orang yang berimana , janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikan kamu dari mengingat Allah. Barangsiapa bebrbuat demikian maka merekaitulah orang – orang yang rugi”

(disarikan dari Buku ahmad Sunarto, penerbit amanah Surabaya)

0 komentar: