PROFESI GURU DI SINGAPURA, sekedar perbandingan
By Munif Chatib
Alhamdulillah …saya dapat kesempatan mengunjungi 6 sekolah di Singapura, 4 sekolah negeri dan 2 sekolah Islam swasta. Ada hal yang luar biasa yang berkaitan dengan profesi guru di sana.
Pertama, GAJI GURU.
Kata teman-teman, ya memang tidak bisa disamakan besarnya gaji guru di Indonesia dengan Singapura, kan Singapura negara maju. Indonesia belum. Dalam konteks ini saya ingin membawa pada suasana sebuah visi yang luar biasa, bukan besarnya angka-angka. Saat ini besarnya gaji guru negeri Singapura per bulannya sekitar 6.000 dollar Singapura (1 dollas Singapura = 6.700 rupiah). Sedangkan untuk guru sekolah swasta bervariatif, namun yang paling rendah sekitar 1.800 dollar Singapura.
Dr. Loh, seorang trainer dari dinas pendidikan Singapura bercerita kepada kami bahwa dahulu, tahun 1980, gaji guru di Singapura sangat rendah, namun pemerintahnya memang fokus memajukan dunia pendidikan dari banyak sisi, termasuk yang menjadi prioritas adalah gaji guru. Nah kalau kita balik ke negera kita. Semoga niatan pemerintah baik, suci dan berjalan lancar dengan program kenaikan kesejahteraan guru. Memang kita semua harus tahu dan bersabar, jumlah guru Indonesia dangat besar artinya kesejahteraan itu diberikan secara bertahap. Saya sendiri, sebagai pengamat dan praktisi pendidikan menyadari hal itu.
Namun di satu sisi, saya masih berharap pemerintah dapat melakukan percepatan untuk hal yang satu ini. Mengapa begitu? Sebab dengan pemberitaan informasi yang sangat terbuka dewasa ini, kita semua dapat mengetahui bahwa ternyata negara ini kaya raya, banyak pos-pos dana yang mestinya dapat diprioritaskan untuk pendidikan rakyatnya.
Kedua, HANYA SEKALI KESEMPATAN MENJADI GURU
Ini yang luar biasa dan mencengangkan saya. Di singapura, yang berhasil menjadi guru, lalu tidak harus santai-santai. Guru dituntut produktif, kreatif dan berkembang. Setiap sekolah mempunyai teacher’s assessment (penilaian guru). Jika kepala sekolah sudah menyatakan seorang guru tidak mampu bekerja dan diperhentikan, maka selesai sudah profesi guru bagi orang tersebut. Karena orang tersebut tidak akan pernah di terima kerja sebagai guru di sekolah manapun di Singapura.
Bayangkan. Hanya sekali kesempatan menjadi guru. Jika sudah diberhentikan orang tersebut dapat mencari profesi lain selain guru. Saya kenalan dengan seorang guru bernama miss Anita, keturunan India, dia menyatakan, bahwa bekerja menjadi guru di Singapura harus profesional, tidak bisa seenaknya sendiri. Dulu saya pikir ini terlalu ketat buat guru, ternyata setelah menjalaninya, manajemen yang sistematis dan teratur malah memantik kami untuk lebih kreatif dan profesional, sudah bukan merupakan tekanan lagi.
Bagaimana dengan di negara kita? Wow …
Pernah saya dihujat oleh guru dari salah satu sekolah binaan saya. Katanya Multiple Intelilgences System yang saya terapkan tidak manusiawi. Membuat guru repot. Membuat guru selalu diobservasi. Membuat guru tertekan. Membuat guru malah tidak kreatif dan pelatihan-pelatihan yang diberikan tidak mempunyai arti apapun.
Saya cuma mengelus dada pada saat itu. Betapa paradigma guru tersebut sangat ‘jadul’. Akhirnya dengan berjalannya waktu saya dapat menyimpulkan guru tersebut adalah guru PEMALAS, SOMBONG, menghancurkan kepercayaan walimurid, dan ikut memberi sumbangan terbesar terpuruknya kualitas pendidikan di negeri ini. Saya jadi membayangkan jika guru tersebut dipindahkan ke Singapura, mungkin hanya seminggu saja betah dan berprofesi guru, minggu berikutnya dipulangkan ke daerah asal.
Namun alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah, ribuan guru bahkan jutaan guru yang lain ingin sekali menerapkan multiple intelilgence system. Mereka seperti tersentak dan tersadar bahwa ada banyak bagian yang penting yang hilang dalam dunia pendidikan dan mereka menemukan di sistem ini. Akhirnya atas dukungan banyak guru, saya tambah optimis untuk terus berjuang dan belajar mendalami segala macam ilmu yang berkaitan dengan pendidikan. Sungguh keberkahan waktu yang luar biasa.
Ketiga, 100 JAM PELATIHAN UNTUK GURU PER TAHUN
Nah ini yang juga ‘gila’. Setiap guru baru maupun guru lama berhak mendapatkan jatah 100 jam pelatihan yang diadakan oleh pemerintah. Yang lebih hebat lagi, kepala sekolahlah yang diminta merancang topik atau materi pelatihan untuk guru-gurunya. Usulan materi itu disetor ke dinas pendidikannya dan dari situlah dirancang pelatihan secara nasional.
Saya bertanya kepada seorang kepala sekolah tentang bagaimana caranya dia merancang topik pelatihan untuk guru-gurunya. Kepala sekolah tersebut mengatakan bahwa di sekolahnya mempunyai semacam mapping kompetensi gurunya. Saya mempunyai data materi pelatihan apa saja yang pernah diikuti oleh setiap orang guru. Kita punya petanya. Dan juga evaluasi pemahaman setiap guru terhadap materi pelatihan. Jika setelah kita evaluasi seorang guru masih lemah terhadap satu atau dua materi pelatihan maka saya akan ikutkan lagi pelatihan dengan topik tersebut. Kemudian kita juga meminta masukan dari guru sebagai self asessment, materi atau topik apa saja yang mereka ingin perdalam atauu yang ingin mereka ketahui sebagai sesuatu yang baru. Itu semua saya rancang dan saya serahan sebagai usulan kepada dinas pendidikan. Mereka nanti menyusun dan menjadwalkan pada waktu yang ditentukan. Kepala sekolah tersebut akhirnya menyimpulkan bahwa setiap guru yang aktif mengajar di sekolah tersebut akan mendapat pelatihan 100 jam setiap tahun dengan topik yang berbeda-beda. Luar biasa …
Saya tanya dengan seorang guru matematika tingkat secondary di sekolah HUAMIN SCHOOL tentang pelatihan guru apa yang akan diikut pada semester depan. Dengan serius dia menjawab, materi yang akan diikuti adalah MANAGEMENT DESK, artinya bagaimana mengatur meja kerja agar bersih, enak dilihat, malah menimbulkan kreatifitas, dan lain-lain.
Saya cuma geleng-geleng kepala mendengarnya. Betapa mereka menghargai ilmu, apapun itu topiknya. Mereka tidak sombong. Ketika saya tanya apa ada materi yang anda rasa tidak penting untuk pekerjaan guru. Mereka menjawab, tidak ada materi yang tidak penting. Semua kami anggap penting. Kami ingin terus mencari ilmu pada apa saja yang kami belum tahu dan itu masalah buat kami.
Ayo teman-teman guru sukseskan pekerjaan kita sebagai seorang guru.
By Munif Chatib
Alhamdulillah …saya dapat kesempatan mengunjungi 6 sekolah di Singapura, 4 sekolah negeri dan 2 sekolah Islam swasta. Ada hal yang luar biasa yang berkaitan dengan profesi guru di sana.
Pertama, GAJI GURU.
Kata teman-teman, ya memang tidak bisa disamakan besarnya gaji guru di Indonesia dengan Singapura, kan Singapura negara maju. Indonesia belum. Dalam konteks ini saya ingin membawa pada suasana sebuah visi yang luar biasa, bukan besarnya angka-angka. Saat ini besarnya gaji guru negeri Singapura per bulannya sekitar 6.000 dollar Singapura (1 dollas Singapura = 6.700 rupiah). Sedangkan untuk guru sekolah swasta bervariatif, namun yang paling rendah sekitar 1.800 dollar Singapura.
Dr. Loh, seorang trainer dari dinas pendidikan Singapura bercerita kepada kami bahwa dahulu, tahun 1980, gaji guru di Singapura sangat rendah, namun pemerintahnya memang fokus memajukan dunia pendidikan dari banyak sisi, termasuk yang menjadi prioritas adalah gaji guru. Nah kalau kita balik ke negera kita. Semoga niatan pemerintah baik, suci dan berjalan lancar dengan program kenaikan kesejahteraan guru. Memang kita semua harus tahu dan bersabar, jumlah guru Indonesia dangat besar artinya kesejahteraan itu diberikan secara bertahap. Saya sendiri, sebagai pengamat dan praktisi pendidikan menyadari hal itu.
Namun di satu sisi, saya masih berharap pemerintah dapat melakukan percepatan untuk hal yang satu ini. Mengapa begitu? Sebab dengan pemberitaan informasi yang sangat terbuka dewasa ini, kita semua dapat mengetahui bahwa ternyata negara ini kaya raya, banyak pos-pos dana yang mestinya dapat diprioritaskan untuk pendidikan rakyatnya.
Kedua, HANYA SEKALI KESEMPATAN MENJADI GURU
Ini yang luar biasa dan mencengangkan saya. Di singapura, yang berhasil menjadi guru, lalu tidak harus santai-santai. Guru dituntut produktif, kreatif dan berkembang. Setiap sekolah mempunyai teacher’s assessment (penilaian guru). Jika kepala sekolah sudah menyatakan seorang guru tidak mampu bekerja dan diperhentikan, maka selesai sudah profesi guru bagi orang tersebut. Karena orang tersebut tidak akan pernah di terima kerja sebagai guru di sekolah manapun di Singapura.
Bayangkan. Hanya sekali kesempatan menjadi guru. Jika sudah diberhentikan orang tersebut dapat mencari profesi lain selain guru. Saya kenalan dengan seorang guru bernama miss Anita, keturunan India, dia menyatakan, bahwa bekerja menjadi guru di Singapura harus profesional, tidak bisa seenaknya sendiri. Dulu saya pikir ini terlalu ketat buat guru, ternyata setelah menjalaninya, manajemen yang sistematis dan teratur malah memantik kami untuk lebih kreatif dan profesional, sudah bukan merupakan tekanan lagi.
Bagaimana dengan di negara kita? Wow …
Pernah saya dihujat oleh guru dari salah satu sekolah binaan saya. Katanya Multiple Intelilgences System yang saya terapkan tidak manusiawi. Membuat guru repot. Membuat guru selalu diobservasi. Membuat guru tertekan. Membuat guru malah tidak kreatif dan pelatihan-pelatihan yang diberikan tidak mempunyai arti apapun.
Saya cuma mengelus dada pada saat itu. Betapa paradigma guru tersebut sangat ‘jadul’. Akhirnya dengan berjalannya waktu saya dapat menyimpulkan guru tersebut adalah guru PEMALAS, SOMBONG, menghancurkan kepercayaan walimurid, dan ikut memberi sumbangan terbesar terpuruknya kualitas pendidikan di negeri ini. Saya jadi membayangkan jika guru tersebut dipindahkan ke Singapura, mungkin hanya seminggu saja betah dan berprofesi guru, minggu berikutnya dipulangkan ke daerah asal.
Namun alhamdulillah saya ucapkan kehadirat Allah, ribuan guru bahkan jutaan guru yang lain ingin sekali menerapkan multiple intelilgence system. Mereka seperti tersentak dan tersadar bahwa ada banyak bagian yang penting yang hilang dalam dunia pendidikan dan mereka menemukan di sistem ini. Akhirnya atas dukungan banyak guru, saya tambah optimis untuk terus berjuang dan belajar mendalami segala macam ilmu yang berkaitan dengan pendidikan. Sungguh keberkahan waktu yang luar biasa.
Ketiga, 100 JAM PELATIHAN UNTUK GURU PER TAHUN
Nah ini yang juga ‘gila’. Setiap guru baru maupun guru lama berhak mendapatkan jatah 100 jam pelatihan yang diadakan oleh pemerintah. Yang lebih hebat lagi, kepala sekolahlah yang diminta merancang topik atau materi pelatihan untuk guru-gurunya. Usulan materi itu disetor ke dinas pendidikannya dan dari situlah dirancang pelatihan secara nasional.
Saya bertanya kepada seorang kepala sekolah tentang bagaimana caranya dia merancang topik pelatihan untuk guru-gurunya. Kepala sekolah tersebut mengatakan bahwa di sekolahnya mempunyai semacam mapping kompetensi gurunya. Saya mempunyai data materi pelatihan apa saja yang pernah diikuti oleh setiap orang guru. Kita punya petanya. Dan juga evaluasi pemahaman setiap guru terhadap materi pelatihan. Jika setelah kita evaluasi seorang guru masih lemah terhadap satu atau dua materi pelatihan maka saya akan ikutkan lagi pelatihan dengan topik tersebut. Kemudian kita juga meminta masukan dari guru sebagai self asessment, materi atau topik apa saja yang mereka ingin perdalam atauu yang ingin mereka ketahui sebagai sesuatu yang baru. Itu semua saya rancang dan saya serahan sebagai usulan kepada dinas pendidikan. Mereka nanti menyusun dan menjadwalkan pada waktu yang ditentukan. Kepala sekolah tersebut akhirnya menyimpulkan bahwa setiap guru yang aktif mengajar di sekolah tersebut akan mendapat pelatihan 100 jam setiap tahun dengan topik yang berbeda-beda. Luar biasa …
Saya tanya dengan seorang guru matematika tingkat secondary di sekolah HUAMIN SCHOOL tentang pelatihan guru apa yang akan diikut pada semester depan. Dengan serius dia menjawab, materi yang akan diikuti adalah MANAGEMENT DESK, artinya bagaimana mengatur meja kerja agar bersih, enak dilihat, malah menimbulkan kreatifitas, dan lain-lain.
Saya cuma geleng-geleng kepala mendengarnya. Betapa mereka menghargai ilmu, apapun itu topiknya. Mereka tidak sombong. Ketika saya tanya apa ada materi yang anda rasa tidak penting untuk pekerjaan guru. Mereka menjawab, tidak ada materi yang tidak penting. Semua kami anggap penting. Kami ingin terus mencari ilmu pada apa saja yang kami belum tahu dan itu masalah buat kami.
Ayo teman-teman guru sukseskan pekerjaan kita sebagai seorang guru.
0 komentar:
Post a Comment