Guru Singapura Perlu Hadir di kelas Kita
*wiyono, S.Pd
Ruang belajar di Indonesia banyak kita temukan permasalahan, mulai dari kenyamanan bangunan dan kenyamanan belajar yang diciptakan oleh Guru yang sedang mengajar. Kejadian di lokal , terkadang siswa ngantuk, kondisi lokal yang ribut tak mendidik, kondisi pembelajaran yang membosankan dan menegangkan bagi siswa. Kondisi inilah yang perlu dipangkas atau diperbaiki dari waktu ke waktu. Banyak sekali Trik yang bisa dipakai menghadapi kondisi yang tak mendukung proses pembelajaran.
Pembenahan metode pembelajaran, pembenahan media pembelajaran serta performance guru dalam lokal. Dari sini bisa kita membangun kondisi pembelajaran yang diharapkan mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan , atau sering diistilahkan dengan pembelajaran PAIKEM (pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif, menyenangkan). Banyak sekali metode baru yang sudah dikembangkan dalam pembelajaran di lokal kita, tetapi pada tahap aplikasinya banyak ditemukan kendala besar dalam praktek serta kondisi sekolah yang berbeda.
Di tingkat SMP kendala itu kita temukan pada kebiasaan siswa yang malas, rendahnya minat baca, serta rendahnya keingintahuan anak pada suatu mata pelajaran. Pada kondisi inilah yang sangat berpengaruh besar dalam pembelajaran di lokal, yang hari – kehari akan diformat menjadi lokal belajar yang menyenangkan, seluruh energi asyik dalam suasana belajar.
SINGAPURA
Inspirasi tulisan ini, Penulis baca di sebuah harian Republika, sebuah Diklat Internasional tentang pemaparan pendidikan di Negara tetangga Kita yakni Singapura. Diklat dilaksanakan di Medan Sumatra Utara.Ternyata di Singapura , satu bidang studi terdapat 3 ( Guru ) yang mengampunya , satu guru bertindak sebagai kepala Guru dan 2 (dua) guru sebagai asisten guru.
Bisa diduga ini konsekuensi dari kebijakan singapura yang serius dalam pembangunan pendidikan sebagai investasi jangka panjang sehingga perlu membuat sistem seperti ini. Resiko besarnya anggaran itu sudah pasti yang penting maju dalam proses pendidikan di lokal.
Pembelajaran sistem ini untuk mempercepat kemampuan siswa dalam penguasaan materi pelajaran, variatif dalam lokal, hingga tak membosankan dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan banyak guru dalam bidang studi yang sama akan membawa pada kemampuan guru untuk mengkomparasikan metode mengajar dan bahan yang harus mereka kuasai, dan bagi siswa semakin banyak alternatif bahan yang harus
POTRET PENDIDIKAN INDONESIA
Gambaran tentang pendidikan Indonesia telah banyak ditulis oleh para pakar pendidikan, praktisi pendidikan serta para guru - guru sebagai refleksi pengembangan profesionalitasnya. Kenyataan di lapangan pendidikan di Indonesia masih sangat tertinggal dari segi prasarana pendidikan, tenaga pengajar, sikap mental terhadap kemajuan pendidikan, serta keberpihakan pemerintah pada dunia pendidikan.
Prasarana yang minim di sekolah hampir dijumpai sekolah - sekolah di Indonesia, rata - rata kita temui ruang - ruang sekolah yang rusak dan nampak tak terpelihara walau ada penghuninya. Tidak tersedianya laboratorium sebagai sarana belajar utama, baik labor IPA, Bahasa, dan komputer. Sarana ini akan memicu siswa untuk belajar dengan giat , sehingga siswa mengurungkan semangatnya untuk belajar karena tak ada prasarana yang memadai.
Kualitas tenaga pengajar juga menjadi masalah pendidikan kita, banyak tenaga pengajar dari segi pendidikan tidak memenuhi syarat pendidikan untuk menjadi guru, guru mata pelajaran tidak sesuai dengan kualifikasi pendidikannnya. Mencari satu guru bidang studi saja masih susah nampaknya, apalagi tiga (3) Guru.
Sikap mental para Guru juga menjadi masalah dalam pendidikan Kita, Guru harus bisa menjadi cerminan anak didik dalam perbaikan karakter dan kepribadian. Masih bisa kita dapti guru yang menghukum siswanya terlalu berlebihan sehingga menimbulkan permasalahan antar orang tua / masyarakat dan permasalahan hukum.
Keberpihakkan pemerintah terhadap pendidikan juga menjadi masalah, anggaran 20 % untuk dunia pendidikan nampaknya masih bersifat politis, hanya sebagai jargon politik yang realisasinya masih sangat jauh. Pemerintah meluncurkan Kebijakan Tunjangan Profesi juga belum banyak dirasakan oleh Guru di Indonesia, masih banyak yang belum menikmatinya. Pencairannya juga lamban serta prosedur administrasi begitu ketat, sehingga para guru harus bekerja keras untuk mendapatkannya. Sehingga hal ini menyebabkan kerja guru bertambah, dengan harapan pendapatannya juga bertambah.
OPTIMISME MENGHADAPI PROBLEM
Problem yang dihadapi dalam dunia pendidikan umumnya sama dan bersifat klasik, selaku pendidik problem itu akan kita kemas menjadi suatu tantangan yang segera diselesaikan. Dari waktu ke waktu upaya penyelesaian ditemukan pemecahannya. Dari sekian banyak problem sebenarnya muaranya tetap pada Guru sebagai hal yang urgen dalam pembelajaran, menurut pendapat penulis dapat disarikan kiat sebagai berikut :
- Optimisme guru untuk menyelesaikan permasalahan nyata yang dihadapi langsung di lokal
- Menimbulkan kecintaan pada profesi hari kehari
- Merasa diri masih terdapat banyak kekurangan dalam hal penguasaan materi yang terus berkembang, dan lemahnya metode pembelajaran dan media pembelajaran
- Merubah orientasi guru menuju guru professional yang meng-update pengetahuannya sepanjang waktu
- Keperbihakan pada profesi guru, kepedulian pada nasib guru oleh pemerintah dan masyarakat
- Partisipasi masyarakat terhadap perkembangan pendidikan.
HADIRKAN GURU SEJATI
Guru akan hadir di lokal dengan kesejatiannya (aslinya) yaitu yang professional di bidangnya dengan segala resiko yang akan dihadapi di lokalnya. Kita bisa mengkondisikan pembelajaran yang merangsang siswa siap untuk bertahan dalam kondisi belajar sampai akhir sessi pembelajaran. Dan pada akhirnya menimbulkan rasa penasaran pada anak untuk belajar materi yang sudah diajarkan.
Satu Matapelajaran tiga Guru di indonesia, masih belum bisa terlaksana karena banyak permasalahan didalamnya. Bagi penulis hanya perlu dengan komitmen guru untuk terus meningkatkan profesionalnya hari kehari. Upaya assistensi dalam pembelajaran bisa dilakukan dengan guru serumpun yang ada dalam sebuah sekolah itu sudah cukup.
Guru sejati berawal dari komitmen seorang guru terhadap pembenahan pembelajaran di lokalnya.
0 komentar:
Post a Comment