Oleh :WIYONO, S.Pd
wiyonospd-civiceducation.blogspot.comTambah lagi beban Guru (formal) , andaikata pendidikan karakter masuk dalam konten mata pelajaran yang terkait dengan budi pekerti , aklak mulia, dan perbuatan baik dalam konteks pergaulan berbangsa dan bernegara. Pendidikan karakter akan dimaksimalkan kembali di sekolah dengan berbagai setting masalah yang menjadi pemicunya. Setting masalah itu terkadang dirasa tak terkait dengan inti dari pendidikan karakter. Menuduh gerakan mahasiswa yang terlibat berbagai gerakan radikal dan terorisme, kurikulum yang menyimpang dari Empat Pilar bernegara yakni Pancasila, UUD 1945, Kebhinnekaan, NKRI ( Negara Kesatuan Republik Indonesia). Munculah berbagai ide untuk menghidupkan kembali / mengajarkan Pancasila di sekolah.
Bila dilihat konten pendidikan karakter,
sebenarnya cukuplah Pancasila dijadikan sebagai ideologi negara dalam mengatur berbangsa dan bernegara, yang akan menjadi sumber inspirasi, ide, pandangan dan acuan oleh para pejabat negara, tak perlu kembali menjadi sebuah kajian teoritis di sekolah maupun perguruan tinggi yang hanya menghasilkan perbedaan pendapat yang menjurus pada debat kusir yang keluar dari pemaknaan terhadap pendidikan karakter. Pendidkan oleh pejabat negara dengan memberikan contoh yang baik, sesuai prosedur hukum, tidak melakukan korupsi, keadilan dan kejujuran, keterbukaan serta aspiratif terhadap keinginan rakyat, empati pada rakyatnya itulah sebenarnya yang diharapkan oleh rakyat menanggapi kegalauan keadaan dan situasi sekarang.Peran Guru
Beban guru dalam mendukung pendidikan Karakter tentu saja tak bisa lepas dari, pendidikan dalam keluarga, pendidikan dalam lingkungan masyarakat, pendidikan Globalisasi serta keteladanan para pemimpin yang harus menyatu ( berintegrasi ) dalam mewujudkan pendidikan karakter. Siswa memahami pendidikan karakter lebih mudah dengan melihat, mendengar dan mencontoh apa yang Dia terima oleh Gurunya baik guru formal, orang tua dan peminmpin negara, lebih senang pada suatu action / tindakan, tak perlu kajian dalam konteks mata pelajaran , karena sudah terdapat mata pelajaran agama sebagai kajian teori dan praktek dalam kehidupan sehari hari.
Menyadari akan hal ini guru perlu introspeksi diri bahwa Guru akan menjadi Figur bagi anak didik, bahkan idola disaat siswa membutuhkan teladan yang dekat dengan kehidupannya. Siswa akan lebih patuh bukan karena keterpaksaan , akan tetapi kesadaran siswa sendiri yang membuat mereka bergerak untuk taat / patuh pada semua aturan. Guru (Formal) di sekolah bukanlah satu - satunya acuan dalam pendidikan karakater, tak menutup kemungkinan pihak luar yang konsen dengan generasi penerus bangsa.
Pada akhirnya , Keteladanan pemimpinlah yang mempunyai andil besar dalam pendidikan karakter, karena sepak terjang dan aktifitasnya akan selalu disorot dan dipantau oleh Publik termasuk oleh siswa. Lingkungan luar sekolah menjadi ajang penerapan pendidikan karakter, guru hanya sebagai bagian kecil di dalamnya yang juga bertanggung jawab terhadap pendidikan generasi penerus.
Kebersamaan akan mendorong perubahan dalam dunia pendidikan yang lebih maju dan bermartabat untuk kejayaan bangsa dan negara.
sekian dan terima kasih.
1 komentar:
blognya bagus pak, seneng sekali bisa nulis komen di sini
terima kasih berkunjung di blog saya
Post a Comment